Belajar dan Berbagi bersama kami

Sebuah Lukisan Lusuh

Pada jaman Perang Dunia pertama, hiduplah di Inggris sebuah keluarga dengan seorang anak laki-laki yang bernama Alfredo. Avah anak ini bernama Bert, seorang petani miskin yang menggarap tanah pertanian orang lain. Namun demikian keluarga ini hidup sangat bahagia dalam kesederhanaan mereka. Orang tua Alfredo, terutama ayahnya melihat potensi besar yang dimiliki anaknya, yaitu melukis. Bakat ini tidak didiamkan saja, namun di sela-sela pekerjaan harian ayahnya, dia terus melatih bakat anaknya ini dalam melukis, hingga terus berkembang dan menghasilkan lukisan-lukisan yang bernilai tinggi. Setiap hari, setelah membantu ayahnya menggarap sawah, Alfredo selalu menyelesaikan lukisan-lukisannya.

Bertahun-tahun kemudian, tibalah Perang Dunia kedua, dan semua pemuda yang sehat diwajibkan untuk ikut berperang, termasuk Alfredo. Suatu perpisahan yang sangat menyedihkan antara anak dan orang tuanya. Berjam-jam sebelum berangkat Alfredo menghabiskan waktu untuk membuat lukisan-lukisan terakhirnya sebelum berangkat ke medan perang.

Satu tahun sudah berlalu tanpa kabar Alfredo dari medan perang, hingga tibalah kabar bahwa anaknya sudah gugur di medan perang. Luluh lantak perasaan Bert dan istrinya ketika menerima kabar anaknya yang telah gugur. Apalagi ketika menerima dan membuka kotak berisi barang-barang pribadi Alfredo di medan perang. Di antara barang-barang tersebut, ada sebuah gulungan kertas berisi lukisan sederhana dari pensil, yakni potret dirinya. Lukisan tersebut demikian sederhana, namun ketika Bert melihat lukisan anaknya seperti berhadapan langsung dengan anaknya. Lukisan tersebut di simpan Bert, sebagai hadiah terakhir dari anaknya sebelum meninggal tentunya, dan dia merasa inilah lukisan yang paling berharga.

Waktu berlalu, revolusi industri mulai berjalan, dan Bert hidup di desa dengan kondisi yang tidak memungkinkan, apalagi selalu dibayang-bayangi kebersamaan dengan anaknya ketika masih hidup di rumah tersebut. Mereka pun memutuskan untuk pindah ke kota dan menjadi wirausahawan, dengan modal menjual barang-barang yang masih ada. Ketika mereka membersihkan ruang bawah tanah, di temukanlah puluhan lukisan yang terindah yang belum pernah di lihat Bert selama ini. Rupanya, diam-diam Alfredo melukis lukisan yang sangat indah sebagai suatu kejutan nantinya. Lukisan tersebut ternyata bernilai tinggi selain luar biasa indahnya hingga tercium ke seluruh desa hingga kota. Bert tidak menyangka bahwa lukisan tersebut beberapa menjadi modal untuk membuka usaha di kota tempat tinggalnya yang baru. Bahkan beberapa penduduk berusaha untuk membeli lukisan - lukisan Alfredo. Namun tidak dijual lagi oleh Bert, karena dia merasa ini barang berharga anaknya untuk ditinggalkan bagi orang tuanya. Bertahun-tahun kemudian, kehidupan Bert berubah, dia semakin kaya, istrinya sehat dan bahagia serta usahanya bertambah maju. Tidak hanya kekayaannya yang semakin bertambah, usianya pun semakin bertambah dan kini sudah semakin tua. Bert mulai berpikir kepada siapa semuanya ini diwariskan, termasuk lukisan-lukisan anaknya yang sangat berharga.
Dia tidak punva anak, istrinya sudah meninggal mendahului dia beberapa tahun yang lalu, sementara saudara-saudaranya yang lain menunggu harap-harap cemas siapa tahu warisan jatuh ke tangan mereka.

Suatu kali, meninggalah Bert, tanpa meninggalkan warisan kepada siapapun, semua orang kaget dan bertanya-tanya bagaimana selanjutnya. Hingga suatu hari, Badan Lelang Nasional setempat mengumumkan akan melelang semua barang-barang dan lukisan Bert, demikian surat wasiat vang sudah dituliskan Bert kepada pengacaranya sebelum dia meninggal dunia. Mendengar lelang tersebut, berbondong-bondonglah penduduk setempat untuk mengikuti lelang tersebut terutama lukisan-lukisan berhaga yang sangat luar biasa, bahkan beberapa diantara mereka rela menyiapkan dana besar agar bisa memiliki lukisan tersebut.



Lelang pun dibuka oleh juru lelang, yakni lukisan potret diri Alfredo, yang dilukis di atas kanvas tanpa bingkai dengan menggunakan pensil, lusuh dan jelek. Sementara lukisan yang indah lainnya masih terpajang di belakang beserta barang lain yang akan dilelang. Juru lelang berteriak, "Kita buka lelang ini dengan lukisan potret diri seharga 100 Pound (setara Rp 1,4 jutaan), ada yang berani menawar ?" Kita tidak akan menjual lukisan dan barang yang lain, sebelum lukisan potret diri ini laku". Suasana hening, tidak ada yang berminat untuk menawar dan memiliki lukisan tersebut, karena di mata mereka sangat jelek. Juru lelang kemudian menurunkan harga lukisan tersebut menjadi 75 Pound, itupun tidak ada yang berminat. Lalu diturunkan lagi hingga 50 Pound, demikian pula tidak ada yang berminat. Akhirnya, seorang pengunjung tua berdiri sambil maju ke depan. Dia mengatakan bahwa, dia sangat berminat memiliki lukisan tersebut, dan berkata "Saya sangat berminat untuk memiliki lukisan ini, hanya saja uang saya hanya ada 17 Pound, tidak ada hingga 50 Pound. Saya hanya petani miskin dengan penghasilan yang pas-pasan!"

Mendengar permintaan sang petani, seluruh hadirin langsung teriak "Berikan saja, berikan saja, supaya cepat yang lain dilelang, kami sudah tidak sabar!". Juru lelang mulai berpikir dan menimbang-nimbang. Akhirnya diputuskan setuju untuk memberikan lukisan pribadi Alfredo dengan harga 17 Pound, dan "Lelang langsung di tutup!". Semua kaget dan marah! Lalu tampillah ke depan juru lelang beserta sang pengacara Bert, menyampaikan isi surat wasiat bahwa siapa yang memiliki lukisan potret diri anaknya, Alfredo, maka dia akan memiliki semua barang dan lukisan lainnya. Sebab, dengan memiliki lukisan pribadi Alfredo, berarti orang tersebut sudah memiliki, menyelami dan menginspirasi anaknya yang akan dikenang seumur hidup. Petani yang membeli lukisan potret diri Alfredo langsung jatuh pingsan menjadi orang kaya mendadak.

Apakah kita hanya ingin yang baik-baiknya saja, tidak mau yang susah-susahnya dalam hidup ini?. Nilai kehidupan akan semakin sempurna, ketika kita diijinkan melewati masa-masa sulit, pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan pergumulan yang berat serta berhadapan dengan orang-orang yang tidak menyenangkan. Kita semakin belajar arti kehidupan yang sesungguhnya, ketika kita mampu tetap bersyukur dalam keadaan apapun. Bersyukur dan berbahagia karena kita memiliki segala sesuatu yang kita inginkan, adalah hal biasa. Namun bersyukur atas apa yang tidak kita miliki, dengan memiliki apa yang ada pada saat ini apa adanya, inilah nilai spiritualitas seseorang. Berbahagia karena kita bisa meraih sesuatu yang paling berharga dan meningkatkan prestis kita sebagai seorang pribadi atau pekerja, adalah hal yang biasa. Namun, ketika kita gagal meraih yang kita inginkan dan tetap semangat serta senantiasa berbahagia, inilah nilai kedewasaan seseorang.

Tahun-tahun berlalu begitu cepat dan berganti dengan lembaran tahun yang baru. Apakah kita memiliki waktu sejenak untuk mensyukuri apa yang telah Sang Khalik berikan selama tahun berjalan? Bukankah kita sepatutnya bersyukur diijinkan memasuki tahun yang baru dengan situasi apapun. Mungkin pula, ini tahun terakhir yang kita lalui, mungkin pula kita tidak diijinkan untuk menutup tahun di tahun depan. Semua adalah kehendak Sang Khalik. Tugas kita adalah merenung-renung, menghitung perbuatan ajaib serta kasih sayang Sang Pencipta yang memungkinkan hingga saat ini masih diberi kesehatan, keluarga serta karir yang baik.
Siapakah orang yang kaya? Orang yang memiliki apa yang ingin diraihnya dan dia tahu dalam kaca mata imannya, bahwa segala yang dimilikinya adalah semata-mata karena anugerah, rahmat Sang Khalik. John C. Maxwell menginspirasi bahwa: "Semakin kaya seseorang hendaknya semakin rendah hati. Semakin populer dia, seyogianya semakin menghargai dan berbuat yang banyak untuk 'orang-orang kecil, semakin tinggi dan semakin kuat, dia seharusnya semakin menguatkan yang lemah dengan kata-kata yang mendukung dan memotivasi.

Tahun - tahun medatang, merupakan tahun yang penuh tantangan serta tidak ada yang bisa memprediksi lebih lanjut secara tepat. Ketika semuanya tidak pasti, mari kita pegang yang pasti. Kekuasaan Sang Khalik adalah PASTI.. Selamat memasuki tahun yang baru, yang penuh tantangan, dimana sukses tahun ini merupakan pertemuan antara kesempatan dan persiapan.
Sumber:Majalah Kontak Kereta Api

Sebuah Lukisan Lusuh Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown