S
|
ejenak saya bertanya pada rekan
kerja saya, “Menurut anda, bagaimana keadaan kaum Muslim saat ini?”, si Teman
menjawab “Biasa saja, sama seperti tahun-tahun kemarin..” Kemudian saya berkata
kembali “Apakah anda setuju jika saya katakan bahwa Muslim saat ini terhina,
terpuruk?”. Sang temanpun menjawab “Tidak setuju, karena Muslim masih terlihat
eksis..”
Dilain kesempatan ketika saya
berkumpul bersama adik-adik Iremas Al-Karomah, rata-rata mereka yang masih
duduk di SMP atau SMA terasa asing ketika saya mengenceritakan tentang Abad
Kejayaan Islam kala itu. Saya berfikir apakah mereka tidak diajarkan tentang
Masa Kegemilangan Islam? Apakah mereka tidak tahu bahwa dunia telah mencatat
tinta emas tentang Muslimin.
Judul diatas sengaja saya tulis
karena memang nampaknya kita sudah melupakan Sejarah Muslimin di era keemasan, sehingga
kita “tidak termotivasi” untuk berusaha menjadi Pemangku peradaban hari ini. Ketika
kita mendalami tentang sejarah kegemilangan Islam akan terlihat perbedaan itu terasa
sangat jauh, dimulai dari Sistem Pemerintah, Pendidikan sampai kepada Individu
manusianya.
Sepenggal saya kisahkan masyarakat
madinah di Zaman Kekhalifahan Umar bin Khotob ra. Dikisahkan ketika Umar bin
Khotob seusai membebaskan sebagian wilayah Persia dan Romawi (Negara Adidaya di
masa itu dengan wilayah yang sangat besar). Ada seorang mata-mata dari Persia
masuk ke Kota Madinah (Ibukota Muslimin saat itu), dia terkaget-kaget ketika
melihat kondisi kota Madinah yang sederhana (bahasa kita ‘ndeso’). Sangat aneh
ketika ada sebuah Negara berkekuatan besar ternyata kondisi masyarakatnya justru
tidak terdapat kemewahan didalamnya. Sampai ketika dia bertemu dengan Sang
Khalifah juga terkaget karena Manusia yang menguasai persia dan romawi itu
ternyata tidak ada kawalan para tentara dan berada di rumah yang sederhana. Sebaliklnya
di Negara si mata-mata seorang raja pasti berada di istana megah dengan kawalan
para tentara. Muslim saat itu memang berpegang teguh kepada Al-Quran dan
Hadist, maka tak heran jika Kemenangan demi kemenangan terus diraih.
Dizaman setelah Khulafaturasyidin
yaitu Bani Ummayah, Bani Abbasiyah, Bani Utsmaniyah memiliki karakter berbeda,
ada kalanya pemimpinnya dzolim muslim jatuh, ada kala pemimpinnya Zuhud Muslim
bangkit. Sebagai contoh ada Khalifah Harun Arrasyid di Zaman Bani Abasiyah yang
membangun peradaban Ilmu di Kota Bagdad, saat itu banyak orang di belahan dunia
belajar di Kota itu, dimana terdapat perpustakaan terbesar didunia dan banyak lahir
tokoh-tokoh besar. Umar bin Abdul Azis ketika menjadi Khalifah di zaman Bani
Umayyah, merombak sistem pemerintahan khalifah sebelumnya yang serba mewah,
menjabat hanya 28 bulan sampailah kepada seluruh masyarakat yang tidak mau
menerima harta baitul mall. Bagaimana tidak, harga pasar turun kebutuhan
tercukupi dan keimanan muslimin meningkat.
Ada Sultan Muhammad Al-Fatih di
Zaman Turki Utsmaniyah yang mampu membobol Benteng Kota Constantinopel hingga
runtuhnya rezim Byzantium. Benteng yang selama 1000 tahun belum pernah ada yang
bisa membobolnya. dialah yang oleh Rosulullah SAW disebut sebagai Sebaik-baik
raja dan sebaik-baik tentara. Bagaimana tidak, seorang pemimpin yang sangat
mengidolakan Nabinya dan tentara yang haus akan Jihad Fisabilillah.
Banyak lahir tokoh-tokoh muslim
yang sampai sekarang karyanya masih sebagai rujukan, seperti Ibnu Sina
(kedokteran), Al-Zahrawi (Ahli Bedah) Al Jabar (Matematika) Al Awwam (Pertanian)
Khalid Bin Walid (Strategi Perang) Imam Bukhari (Ahli Hadist) Ibnu Qoyim Al
Jauzi (Pendidikan) Ibnu Katsir (Tafsir) dsb. Segudang karya-karya emas mereka
sumbangkan untuk dunia. Kala itu Muslimin disegani karena keilmuannya,
kekuatanya, keimanannya dsb.
Namun apa yang kita lihat hari ini
nampaknya Muslimin dimata dunia sudah tidak seperti dulu lagi, dimana Muslimin
terpecah menjadi beberapa bagian, yang kemudian Islam dianggap teroris,
radikal, kuno, lemah dsb. Sistem Berbasis Islami mulai bergeser.
Lantas bagaimana cara untuk meraih
kembali kejayaan tersebut..? (bersambung)