M
|
asa muda atau usia remaja biasanya saat
orang-orang mulai mengenal dan merasakan manisnya dunia. Pada fase ini, banyak
pemuda yang lalai dan lupa. Mengikuti trend yang sedang digandrungi tanpa
melihat baik buruknya. Apalagi bagi mereka orang-orang kaya, memiliki fasilitas
hidup yang dijamin orang tua. Motor bagus, uang saku yang cukup dsb.
Namun berbeda dengan sahabat nabi yang satu
ini, tentang seorang pemuda kaya yang kemudian berbalik menjadi pemuda cerdas
dan sangat sederhana. Mush’ab bin Umair namanya,
seorang pemuda yang menjadi buah bibir masyarakat mekkah, pemuda yang sering
bersolek, tampan rupawan, berbadan proposional, rambut yang selalu rapih, hanya
sekedar pakaian dan aksesoris dibeli dari dari Yaman atau Syam (Import). Beliau
selalu memakai wangi-wangian yang setiap dia berjalan wangi tersebut masih
tercium aromanya. Orang Tua yang kaya hingga memperlakukan anaknya seperti
raja, apapun kebutuhannya akan dipenuhi. Ketampananya dan kemasyhurannya
membuat para wanita terpesona melihatnya. Al-Barra bin Azib ketika pertama
bertemu dengan Mush’ab bin Umair, dia berkata; “Seorang laki-laki yang aku belum pernah melihat orang semisal darinya.
Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk syurga” .
Rosulullah SAW pernah berkata tentang Pemuda ini ; “Aku tidak pernah melihat seorangpun
di Mekkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaianya, dan paling
banyak diberik kenikmatan selain dari Mush’ab Bin Umair.” (HR.Hakim)
Mush’ab yang hidup
di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta, kemudian
Allah SWT beri hidayah, beliau mulai tertarik dengan ajaran yang dibawa
Rosulullah SAW yang saat itu masih dakwah dengan sembunyi, hingga akhirnya Mush’ab
bin Umair pun masuk Islam. Di Rumah Al-Arqom beliau sangat tekun dalam belajar
ilmu agama bersama sahabat yang lain. Kecerdasan dan kedalaman agamanya
terlihat nanti ketika Mush’ab bin Umair dipercaya Rosulullah SAW untuk menjadi
Duta yang berdakwah di Madinah sebelum Hijrah.
Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamanya
karena menghindari intimidasi dari kaum kafir Quraisy, hingga akhrinya Utsman
bin Thalhah melihat Mush’ab sedang beribadah kepada Allah SWT. Maka ia pun
melaporkan kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah priode sulit dalam kehidupan
pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.
Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan
agama nenek moyang, ibu mush’ab kecewa bukan kepalang. Mush’ab dikurung
terisolasi dalam rumahnya dan mendapat siksaan fisik sampai dia mau kembali
dengan agama nenek moyang, namun Mush’ab tetap pada agama barunya yaitu Islam.
Ibunya yang dulu sangat menyayanginya kini tega melakukan penyiksaan. Hari demi
hari Warna kulit mush’ab berubah karena luka-luka siksa yang menderanya.
Ketika Mush’ab berhasil lari dari kekangan
orangtuanya, Keluarga Mush’ab memutuskan untuk memboikot agar tidak ada
keluarga yang membantu. Tubuhnya yang dulu berisi mulai terlihat mengurus.
Berubahlah kehidupan pemuda kaya itu, tidak ada fasilitas kelas I yang ia
nikmati. Pakaian, makanan dan minuman semuanya berubah. Masyarakat mekah kafir
Quraisy yang dulu menyanjunginya kini berbalik mencela dan mengejeknya. Namun
bagi Mush’ab kesejukan akhirat sudah terpatri dalam jiwanya dan tidak lagi
terpikat oleh kemewahan dunia.
Demikianlah sepenggal kisah sahabat Mush'ab bin Umair, yang sebelumnya memiliki kenikmatan dunia namun setelah islam tertanamkan pada jiwanya, beliau memilih kenikmatan akhirat dibanding dunia yang hanya tipu daya.